Jumat, 16 Maret 2012

Bidang Keagamaan

HISTORIS ASAL-USUL SEMOLOWARU
 Di Kelurahan Semolowaru, terdapat sejarah yang mungkin bagi warga semolowaru merupakan tradisi religi yang sudah mendarah daging dan itu termasuk merupakan tradisi keagaman. Sebuah Masjid Al Mursyidien itu bukan Masjid biasa, nama Masjid itu diambil dari nama tokoh agama yang tradisi keagamaan tersebut sering dinamakan Haul Akbar Al Mursyidien untuk mengenang perjuangan Mbah Al Mursyidien.

Salah satu kampung di belahan Surabaya Timur yang kini maju pesat karena perumahan adalah kampung Semolowaru. Dari 12 RW hanya tiga lingkungan RW yang masih merupakan kampung asli.”

Meski hanya menyisakan tiga wilayah RW yang masih merupakan kampung asli di Semolowaru, namun nuansa kampung yang religi masih terasa. Di kampung itu masih eksis sejumlah kesenian dengan nuansa Islam yang kental. Ada hadrah Al Banjari Nurul Fatah, orkes gambus Al Barada, serta Hadrah Ishari, semuanya juga masih jalan. Menurutnya, kesenian tersebut sudah turun-temurun di Semolowaru sejak zaman dulu. Peminat kesenian ini juga sangat banyak, terutama yang menyejukkan adalah para generasi muda tertarik dengan seni bernuansa Islam.

Pengurus Masjid Al Mursyidien Semolowaru itu, jumlah anggotanya mencapai 60 orang. Mereka latihan setiap satu bulan sekali di Masjid Al Mursyidien. Untuk kesenian orkes gambus, saat ini anggotanya 16 orang. Akan tetap dilestarikan karena selain mengenalkan kesenian itu kepada generasi muda, warga juga saling kenal dan bertambah guyub.

Terkait sejarah Kampung Semolowaru sendiri, tak lepas dari perjuangan Mbah Mursyidien atau dikenal dengan sebutan Mbah Byuk. Cerita yang turun-temurun di masyarakat setempat, Mbah Mursyidin yang sekarang makamnya ada di kompleks Masjid Al Mursyidien itu berasal dari Cirebon. Kapalnya ini tersesat dan terdampar di kawasan Semolowaru ini, hingga akhirnya Mbah Mursyidien membuat tempat ibadah (musala) kecil. Sambil berdakwah agama Islam, pengikut Mbah Mursyidien tambah banyak. Musala itu direnovasi dan namanya pun berganti langgar gede (musala yang besar). Dalam perkembangan langgar gede itu pun berubah menjadi Masjid Al Mursyidien.

Ada cerita menarik dari sejarah Semolowaru itu, yakni pernah ada warga yang menggali tanah sedalam hingga 10 meter, entah benar atau tidak, saat melakukan penggalian itu warga melihat ujung perahu milik Mbah Mursyidin. Konon perahunya itu terbuat dari bahan perak, perkembangan pesat Kampung Semolawaru terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Bertambahnya permukiman perumahan tersebut mengakibatkan Sungai Semolowaru ditutup dengan box culvert.

Jalan yang dulu hanya satu jalur saat ini sudah menjadi dua jalur. Seiring perkembangan yang cukup pesat, di sisi kanan dan kiri jalan itu hampir tak ada lagi lahan kosong. Yang tampak hanyalah deretan tempat usaha seperti toko, warung makanan dan minuman, cuci motor, laundry pakaian, showroom sepeda motor dan sebagainya. Bahkan di sisi timur Kampung Semolowaru saat ini pun sudah melenggang jalan Lingkar Timur. Di bagian paling pojok dari Kampung Semolowaru itu juga terdapat kompleks perumahan dinas TNI AL. Kompleks itu diberi nama Semolowaru Bahari. Meski terdapat banyak perumahan warga di kawasan Kampung Semolowaru itu cukup rukun. Warga perumahan dan warga asli Semolowaru sudah menjadi satu kesatuan.

FOTO KEGIATAN KEAGAMAAN TRADISI RELIGIUS
HAUL AKBAR AL-MURSYIDIEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar